Tiba-tiba handphoneku berdering, tanda sms masuk. Sebuah nama yang tak asing lagi, yaitu Farhan. Dia sms aku lagi dan mengatakan hal yang sama “Aku sayang kamu, Shila. Kamu mau gak jadi pacar aku?” Aku pun membalas smsnya itu. “Kalau kamu memang benar sayang sama aku, kamu telepon aku sekarang dan katakan hal yang tadi kamu katakan di smsmu itu.”
Aku menunggu telepon dari dia. Aku pengen buktikan, apakah memang dia benar sayang sama aku. Mungkin hanya itu yang bisa aku syaratkan buat dia, karena tidak mungkin juga dia datang ke rumahku saat itu juga untuk mengatakan hal itu, sedangkan rumahnya berada di Kalimantan. Beberapa menit kemudian, dia meneleponku. Aku pun terima telepon dari dia. Awalnya tak ada suara sedikitpun, akan tetapi telepon itu tetap terhubung ke nomornya.
“Assalamualaikum… Selamat malam, Shila!” ucap Farhan.
“Wa’alaikum salam, Selamat malam juga.” jawabku.
“Kamu lagi ngapain sekarang?” katanya lagi.
“Hmm, aku lagi baring-baring nih. Kalau kamu lagi ngapain?” balasku.
“Sama, aku juga lagi baring-baring nih. Aduh, sudah nih basa-basinya. Shila… sebenarnya begini aku pengen curhat. A. aaku suka sama seorang cewek. Dia tinggal di Sulawesi Selatan. Tepatnya di Pekkae. Dia keponakan dari Tante Ani. Tapi, dia akan nerima aku ngga yah, jika aku ngungkapin perasaanku ke dia?” ucapnya dengan suara yang gugup.
“Tapi? Itu kan…..” ucapku tak meneruskan.
“Ii..yah, Itu kamu. Shila aa..ku sayang kamu! Sudah lama aku pendam perasaan ini. Kamu mau ngga jadi pacar aku?” kata Farhan dengan nada suara yang terus gugup.
“Hmm, begini kamu sekarang ada di Kalimantan, sedangkan aku ada di Sulawesi. Apakah kamu sanggup ngejalanin hubungan jarak jauh?” ucapku.
“Iyah, aku sanggup. Aku sayang sama kamu. Rasa sayang itu ngga akan jadi penghalang cuma karena jarak dan waktu. Aku pasti bisa ngejalaninnya. Untuk itu, apakah kamu mau jadi pacar aku?” kata Farhan.
“Hmm, baiklah. Aku harap perkataan kamu itu bisa kamu pertahankan.” kataku.
“Jadi, kamu terima! Horeee… Aku seneng banget. Aku lega dengarnya. Aku pasti bisa pertahankan itu.” ucapnya.
Tepat pada tanggal 29 Mei 2012. Aku jadian dengan Farhan. Aku dan dia ngobrol-ngobrol cukup lama malam itu.
Seminggu berlalu, hubunganku dengan dia berjalan dengan baik. Komunikasi pun tetap berjalan lancar. Dia selalu membuat aku senang. Bercanda dan tertawa bersama. Dia mengingatkanku dengan masa kecil kami dulu. Di saat aku menangis, dia menyanyikan aku sebuah lagu, sehingga aku tersenyum kembali dan berhenti dari tangisanku. Walaupun kenangan itu udah aku lupa, tapi dia tetap mengingatkanku.
Farhan suka sekali dengan tayangan reality show ‘Opera Van Java’. Hampir setiap hari dia utarakan gombalan pada tayangan kesukaannya itu kepadaku. Dengan kreativitasnya, dia juga menciptakan gombalan-gomabalan baru hanya untuk membuat aku tersenyum. Aku juga ngga mau kalah, hehehe.. Aku balas gombalannya itu. Yang membuat kami tertawa bersama lagi.
Tak terasa, hubunganku dengan dia berjalan dua bulan. Saat itu, yang membuat aku senang karena dia merencanakan untuk datang ke Makassar sebelum ramadhan tiba. Dia juga berkata ingin datang ke rumahku untuk menemuiku. Karena rasa rindunya kepadaku. Sebelum kedatangannya itu berbagai persiapan pun aku lakukan agar disaat dia datang nanti merupakan hari yang paling spesial buatnya. Alhamdulillah juga, saat itu aku punya uang lebih karena Bapakku mengirimkanku uang.
Pagi hari di hari liburku, aku pun pergi ke pasar bersama tanteku. Tanteku udah lama tahu bahwa aku pacaran dengan Farhan. Aku pun belanja berbagai jenis makanan dan minuman di pasar itu hanya untuk dia. Aku hanya bisa membelinya karena aku tak ingin nenek aku tahu. Apalagi jika aku yang membuatnya sendiri, pasti nenekku akan curiga.
Sebuah gelang cantik berwarna coklat kuning membuatku ingin memilikinya, sungguh cantik gelang ini. Perpaduan antara warna kesukaanku dan warna kesukaan Farhan. Coklat adalah warna kesukaanku dan kuning adalah warna kesukaan Farhan. Aku harap dia suka gelang ini. Di siang hari yang panas, di mana matahari bersinar dengan teriknya. Aku pun pulang bersama tanteku dari pasar.
***
Saat yang aku tunggu-tunggu, dimana Farhan akan tiba di pelabuhan Pare-Pare dan akan datang menemuiku. Aku perkirakan dia akan datang sore hari itu. Semuanya sudah siap termasuk hadiah spesial itu untuknya. Di saat detik berganti menit, menit berganti jam, sore hari itu berlalu. Tak ada dia, dia tidak datang, handphoneku tak berdering. Teleponnya juga tidak ada, kemana dia? Ku mencoba meneleponnya. Tapi, “Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.” Kecewa yang aku rasakan saat itu.
Tiga hari kemudian, Farhan meneleponku…
“Sayang, aku tidak sempat singgah ke rumah kamu. Karena mobil yang aku tumpangi lewat Soppeng. Maafin aku yah! Insyaallah jika aku pulang nanti aku akan singgah di rumah kamu.”
“Iyah, tapi kamu janji kan akan singgah?” ucapku.
“Iyah, Insyaallah.” ucap Farhan.
Ketika dia meneleponku saat itu, seakan dia tidak bersemangat lagi. Ada apa gerangan dengan dia? Dia hanya berikan telepon itu kepada temannya. Aku hanya bicara dengan temannya itu. Tak ada suara yang aku dengar darinya. “Tolong berikan handphone ini pada Farhan, aku ingin bicara dengannya.” Aku pun bicara dengan Farhan malam itu, tapi dia hanya berkata, “Ada apa sayang?”.
“Kenapa kamu lemas begini bicaranya? Ada apa sih?” ucapku kepadanya.
“Tidak apa-apa kok. Nih teman aku mau bicara.” Farhan memberikan telepon itu lagi kepada temannya. “Hmm, sudah dulu yah teleponannya. Ada yang ingin aku kerjakan. Assalamualaikum..” ucapku kepada teman Farhan itu.
Waktu libur ramadhan telah usai, waktunya untuk sekolah dan melanjutkan sekolahku di masa SMA. Hmm.. Tapi, tak ada telepon dari dia. Sepulang sekolah, tanteku memanggilku dan berkata,
“Mamanya Farhan tadi nelpon tante, katanya dia gak sempat untuk singgah kesini. Farhan tidak ingin menelepon kamu, dia takut kalau kamu kecewa jika dia yang mengatakan hal itu. Karena mobil yang dia tumpangi itu harus lewat soppeng lagi.”
“Hmm, percuma juga tante. Aku bosan dengar alasan dia itu. Mobilnya harus lewat soppenglah. Apalah. Andaikan dia usaha’in untuk bisa ketemu dengan aku. Kata dia juga rindu sama aku. Tapi apa buktinya, tidak ada, kan! Ahh, percuma. Lebih baik hubunganku dengan dia berakhir sekarang.” ucapku dengan perasaan kesal dan kecewa.
Hari itu juga hubunganku dengan dia berakhir. Aku hanya berharap suatu saat nanti akan ada orang yang benar-benar sayang sama aku. Benar-benar cinta sama aku. Terima aku apa adanya. Terutama tidak akan mengutarakan janji saja, tapi dengan bukti. Bukti yang PASTI.
The End......
OLEH: Nur Aeni Fadilla
0 comments:
Post a Comment