Arus kesenian modern menggerus seni syair yang pernah berkembang di kalangan umat Islam di Tangerang Banten. Salah satunya adalah pelantunan syair Shalawat Barzanji atau Marhamah. Meski masih eksis di kalangan masyarakat, namun lantunan pujian pada Nabi Muhammad ini sangat jarang terdengar kecuali saat ritual keagamaan.
"Mulai tahun ini kami menyelenggarakan ekskul Marhamah sebagai upaya melestarikan kebudayaan Islam. Sama halnya dengan pengadaan ekskul Silat dalam rangka membumikan budaya nasional di kalangan pelajar," ujar HM Furqon, Kepala Madrasah Tsanawiyah, Sabtu 20 Juli kemarin.
Syair shalawat (puji-pujian pada Nabi Muhammad) yang ditulis Sekh Barjanji, katanya, sejak dulu dimainkan para orang tua pada peringatan maulid nabi, ritual mencukur rambut bayi, dan mengiringi prosesi sunatan anak yang menjelang akil baliq (remaja).
"Sekarang marhamah hanya dilakukan pada waktu mencukur bayi berumur 40 hari. Masa dulu bengkong atau tukang sunat saat mengkhitan anak dikelilingi orang tua sambil melantunkan Marhamah. Sekarang hal itu sudah jarang terdengar," jelasnya.
Syair Marhamah, tambahnya, menceritakan riwayat dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW yang patut ditiru terkait pengembangan pendidikan yang berbasis karakter (budi pekerti). Kesenian Islam ini awalnya dilakukan saat warga Madinah menyambut Nabi hijrah ke Kota Mekkah.
"Di Indonesia, Marhamah dikembangkan para ulama yang menyiarkan agama Islam. Pada abad ke-16 di Banten, Sultan Maulana Hasanuddin memadukannya dengan kesenian debus agar masyarakat tertarik memeluk agama Islam. Sekarang adakalanya Marhamah dilantunkan dengan iringan rebana," pungkasnya. (Edy Syahputra Tanjung/Mar)
0 comments:
Post a Comment