Daku terbangun dari tidur, menatap indah langit fajar menandakan syukur daku pada sang pencipta lantaran masih memberi daku nafas dengan sejuta kenikmatan, daku pasang kacamata hitam nan tebal diselingi dengan kuncir rambut konyol layaknya anak usia 5 tahun, daku pandangi gestur tubuh yang benar-benar enggan untuk daku lihat, “GENDUT” itu yang mereka katakan pada daku, bahkan bahasa daku yang formal membuat mereka juga sering berkomentar negatif tentang daku, semuanya tentang daku. Mereka.. mereka yang daku sebut semua orang yang menjudge daku sebagai orang yang ter-jelek dan ter-aneh disekolah namun apa daya daku tak dapat membalas ataupun menentang mereka, karena daku hanya seorang siswa yang sangat-sangat biasa dirumah maupun di sekolah, hanya sebuah bakat menulis yang daku dapat dari Bunda yang melahirkan daku, kadang kala melihat wanita-wanita cantik bertubuh semampai nan langsing daku menyimpan rasa iri akan kah daku dapat seperti itu?
Daku berjalan menyusuri koridor sekolah yang bisa dikatakan indah itu dengan bunga-bungan bersusun rapi di tepinya, nampak beberapa anak yang sedang menyiraminya dan tampak pula segerombolan anak sedang menatap daku sinis, ehmm… daku tak habis fikir sebenarnya apa yang ada dibenak mereka? Apakah di atur dalam Undang-undang bahwa anak gendut, dan culun gak boleh mendapatkan perhatian yang layak? Tidakkan.. tidak ada peraturan, hukum, ataupun Undang-undang yang menyatakan demikan, jadi tolong buat kalian anggap lah daku ada dan SAMA seperti yang lainnya. Hal itulah yang sering daku utarakan dalam hati, daku tak berani mengatakannya karena daku bukan siapa-siapa bagi mereka.
Setiap hari daku hanya bertemankan sebuah buku diary yang selalu daku hiasi dengan kisah hidup daku, seperti hari ini daku menulis..
2 Februari 2013
“Tuhan, bukannya daku tak mensyukuri nikmat dan karuniamu yang telah engkau limpahkan pada daku, tapi kumohon Tuhan berikan daku seorang teman yang dapat menemani daku dalam senang maupun sedih.”
“teman ya…” ucap seorag pria bertubuh tinggi menjangkung menghadap kedalam diary daku yang mulai usang termakan waktu, jujur bahkan daku tak mengenal siapa sosok pria tampan itu
“kamu siapa? Ap.. apa daku mengenalmu?” ucap daku canggung tat kala berhadapan dengan pria itu, menatap seorang pria adalah hal yang sangat minim daku lakukan bahkan daku belum pernah menatap pria selain ayah.
“daku…? oh… ya sudahlah… kayaknya kamu belum mengenalku…” ucapnya singkat sembari mengacungkan tangannya pada daku hendak bersalaman sambil berkata manis “nama aku.. eh maksudku, nama daku Medy… Medy Sastra Wirya… Just call me Medy… namamu?”
“cherry…” tutur daku agak malu sembari melepaskan salaman melihat hal itu medy langsung tersenyum polos
“sebenernya udah tau sih… anak XI IPA 1 kan?” tanyanya sembari daku mengangguk pelan, dalam hati daku bertanya “kok dia bisa tau? jangan-jangan dia membuntuti daku? Atau dia seorang detektif yang menyamar menjadi seorang siswa SMA?” Namun fikiran itu dihapus oleh medy dengan suaranya yang agak melengking cerewet
“ih, lagi mikirin aku.. eh.. daku ya?” godanya dengan wajah yang bener-bener konyol
“ti… tidak,” tolak daku bulat-bulat enggan untuk melihat wajahnya yang dapat membuat daku tersenyum “maaf… kalau daku boleh tau kamu kelas berapa?” tanya daku menaikkan kepala setara dengan bahunya, sementara ia menundukkan kepalanya sedikit menghadap daku dan berkata “XII IPS 1”
“o..ooohh… kakak kelas.. ma… maafkan daku lancang” ucap daku sekali lagi canggung
“ti… tidak… formal banget sih… gak papa lagi aku malah seneng bicara ma kamu…” ucapnya dengan senyuman yang paling manis
tanpa terasa bel bertanda jam istirahat selesai berbunyi, medy pun menatap daku dengan lugu dan mendadak berdiri terkejut.
“ada pena?” tuturnya menadahkan tangan sembari daku memberikan pena yang daku genggam, ia mengeluarkan selembar uang kertas bernominal Rp 5000,- dan menulisinya dengan angka-angka yang mengarah pada dua kata, nomor Hp
“nih, ems.. daku gak punya uang kecil, ambil gih! Jangan di jajanin…” ucapnya sembari berlari pergi.
“kak medy” ucap daku dengan senyuman dan kembali kedalam dunia nyata yang benar-benar menyesakkan, setibanya di rumah daku langsung mengenggam handphone dengan raut wajah dilema, telpon atau tidak? Benak daku berbicara sendiri dan perasaan ini sangat aneh tak pernah daku rasakan sebelumnya, daku kuatkan hati dan menekan tanda hijau di tombol handphone peninggalan zaman Belanda alias handphone dengan segudang kekurangan itu, sebenernya Bunda telah menawarkan daku untuk membeli handphone baru namun daku menolak lantaran untuk apa daku dibelikan yang baru toh, daku juga gak punya temen buat sms-an bahkan telponan, namun untuk sekarang daku akan memikirkannya lagi, saking gugupnya daku tak kuat untuk berbicara dan saat terdengar suara seorang pria daku langsung menekan tombol merah yang bernaung di handphone itu, gugup itu yang daku rasakan saat ini, terdengar suara jantung daku berdetak dengan cepat dan rasanya wajah daku terbakar panas, satu pesan masuk
Maaf Siapa ya?
Tulisnya singkat namun daku tak sanggup membalas sms dan akhirnya pagipun menjelang dengan sangat cepat layaknya sang surya sudah tak sabar menyinari jagat raya ini, tapi entah kenapa perasaan yang daku rasakan sekarang sangat berbeda jauh dengan yang sebelumnya, lebih tepatnya daku sangat bersemangat untuk bersekolah, jangan-jangan ini yang dinamakan jatuh cinta? Daku mengernyitkan bahu sendiri menendakan kebingungan, daku berdiri di depan kaca untuk sekali lagi berharap ada keajaiban yang terjadi semalam sehingga tubuh daku dapat sedikit menyusut, namun ternyata tidak nampaknya tumpukan lemak bertambah banyak dan nyata, apa yang daku makan semalam? Rasanya tak ada?, daku pun menghiraukan tumpukan lemak itu dan bergegas pergi ke sekolah dengan bahasa kerenya on foot atau jalan kaki ya, jarak dari rumah ke sekolah sih lumayan dekat makanya jalan kaki lagian sekalian jogging gitu latihan buat nurunin berat badan walaupun 0,5 ons setiap hari, sesuai dengan pribahasa “sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”
Setibanya disekolah daku dikejutkan oleh seorang pria yang sama dengan kemarin, ia memberi daku sebuah coklat
“kata orang sih makan coklat dapat nurunin berat badan” ketusnya polos sembari bersiul riang berjalan mendahului daku yang saat itu bingung lantaran coklat pemberiaanya. Daku buka pembungkus coklat itu yang terbuat dari alumunium foil, sepertinya ini bukan coklat mahal yang biasa dibelikan kakak pada daku, namun daku berusaha untuk memakanya dengan lahap, satu gigitan pikir daku tidak enak namun itulah awal daku memulai gigitan kedua dan gigitan ketiga ternyata coklat ini sangat enak, bertanda lebel coklat yang terjatuh itu dark coklat kata orang coklat ini terkenal dengan rasa pahitnya tapi, kok manis ya?
Daku pun mencondongkan kepala sedikit patah kekanan bertanda bingung, pada akhirnya daku kembali menyusuri koridor sekolah dengan tatapan sinis orang-orang seperti biasa
Daku duduk di kelas sembari merenungi seseorang yang memberi daku coklat tadi entah apa yang daku fikir tentangya sehingga daku ditegur oleh guru lantaran tersenyum sendiri, harap maklum awal jatuh cinta mungkin ini tandanya, bel berbunyi berseru jam istirahat telah menghampiri jiwa yang penat melihat dan memikirkan segudang angka, daku duduk ditempat biasa menghadap langit cakrawala yang membentang luas berharap ia datang menghampiri namun entah mengapa ia tak datang seperti biasa, daku menunggu dengan resah hingga untuk sekali lagi bel menandakan jam istirahat telah usai berbunyi daku berjalan dengan pupus hingga daku dapati dua orang wanita sedang membicarakan orang yang dipikirkan “loe, tau gak medy tadi sakit loh!” ketusnya dengan keras layaknya seorang penggossip handal
“oh, wajar aja tadi dia pulang, gue kira dia ada masalah” tutur yang satunya lagi menyambung gossip namun ia berhenti tatkala melihat daku jijik dibalik tiang koridor sekolah yang mematung dan berlalu dengan menyimpan kebencian, dalam benak daku berkata wajar dia tak datang menemui daku tapi apa daya dakupun melengos pergi dengan sejuta kerinduan.
Siang berganti malam daku mulai memegang handphone yang sangat jarang daku pegang mencoba memberanikan diri untuk menelponnya namun untuk sekali lagi daku mengibarkan bendera bertanda S.O.S, daku tak sanggup namun tak beberapa lama handphone daku berdering seperti ada yang menelepon…
“Assalamualaikum…” ucapnya agak sedikit bergetar jujur saja daku juga sedikit malu untuk mengangkat telponya
“wa.. waalaikumsalam” jawab daku dengan agak ragu namun entah mengapa suaranya hilang dengan misterius, daku benar-benar bingung dengan tindakan kak medy pada daku, semoga saja kak medy… ems… ah, sudahlah daku tak ingin berharap padanya, dia tampan, menarik, pintar dan digandrungi para gadis sedang daku gendut, jelek dan cupu.
Daku pun membaringkan badan mengarah ke langit-langit rumah, terbayang sosok kak medy tersenyum pada daku dengan lembut, membayangkan bagaimana saat dia memberikan daku coklat dan bagaimana saat dia menelpon daku tadi, tak terasa daku tersenyum-senyum sendiri menandakan bahwa daku benar-benar sepenuhnya mencintai kak medy.
Akhirnya liburan rutinpun datang daku tak ingin menyia-nyiakan waktu hanya engkang-engkang kaki dirumah, setelah sholat subuh daku langsung keluar dari rumah untuk jogging, ya.. hampir setiap hari minggu daku jogging lantaran berharap bisa agak kurusan hehe… tapi, minggu ini tak seperti minggu kemarin sepertinya ada yang mengikuti daku, daku pun tak henti-hentinya melirik kebelakang dengan harapan orang tersebut terlihat gelagatnya, namun saat daku menoleh hanya nampak segerombolan anak kecil bermain membentuk lingkaran, mana mungkin anak-anak itu mengikuti daku?, dengan seribu langkah daku berjalan cepat dengan harapan lebih cepat sampai ketujuan, semakin cepat dan semakin cepat daku berjalan hingga pada akhirnya ada seseorang menyentuh pundak daku dengan sigap daku menghadap kebelakang dengan posisi siap menyerang namun betapa terkejutnya daku tatkala melihat kak medy hendak menangkis tangan daku.
“chery, ini daku” tuturnya formal sepertinya kak medy telah terbiasa menggunakan kata formal saat bersama daku
“kak medy..” tutur daku terkejut menurunkan pukulan
“iya, ini maaf daku buat kamu terkejut” ucapnya dengan lembut sembari daku hanya bisa menggelengkan kepala dengan anggunnya “oh, ya… udah makan?” sambungnya agak sedikit menunjuk, dan sekali lagi daku hanya terdiam “lg diet?” tuturnya mempertanyakan daku hanya menggangguk pelan “ems, daku pernah search di google sarapan itu adalah yang terpenting kalo kagak makan pagi entar siangnya lemes loh?” ucapnya lagi membujuk sedikit paksaan, dengan rasa berat hati daku pun mengikuti ajakannya untuk sarapan, dalam hati ada parasaan yang mengganjal percuma daku jogging hari ini.
“ehem…” tutur kak medy agak menyindir
“ada apa?” ucap daku dengan tenang
“kamu ini orangnya pendiem banget ya…” ujarnya yang membuat daku agak tersedak bubur ayam yang sedari tadi daku suapkan
“aku juga seperti itu dulu…” ucapnya sembari terdiam beberapa saat “ah…sudahlah” sambungnya berdiri sembari mengeluarkan secarik uang ketas bernominal Rp 50.000 dan membayarkannya pada tukang bubur
“ayo lari lagi…” tuturnya dengan sigap menarik kedua tangan daku
Sesampainya di rumah tak terasa peluh membanjiri tubuh daku yang agak getir lantaran berlari, Kak medy yang mengantarku pun telah berjalan pulang menuju arah rumahnya yang bahkan daku tak mengetahui dimana letaknya.
Keesokan harinya entah apa yang kak medy fikirkan sehingga pulang sekolah ia mengajak daku pergi bersama ke suatu arena bermain tepatnya pasar malam, awalnya daku menolak lantaran pasti Ayah dan Bunda tidak memperbolehkan, namun kak medy tetap bersih keras sehingga pamitlah ia pada Ayah dan Bunda, tanpa diduga dengan gaya charmingnya ia pun berhasil menakhlukkan hati Ayah dan Bunda dan pada akhirnya kami pergi ke pasar malam tersebut.
“cherry mau naik apa?” tanyanya pada daku yang agak anti dengan keramaian
“entah terserah kakak aja” ucap daku membuatnya tertegun dan langsung menarik lenganku menjauh dari pusat keramaian, awalnya daku bingung hendak di bawa kemana namun kak medy meyakinkan daku, sehingga sampailah daku pada sebuah wahana permainan yang berjudul “Rumah Hantu” ems… setiap kaula muda pasti menyukai wahana ini karena selain dapat memacu gerak refleks juga mampu memicu adrenalin, alhasil daku keluar dari wahana dengan reksi yang Biasa Aja dan si cowok yang kata orang pemberani setengah mampus pun keluar dengan keringat dingin yang mengucur deras, daku hanya tersenyum lugu melihatnya pucat pasi bahkan lebih pucat dari pada Robert Pattison. Sedang asik tertawa ternyata terdengar suara ringtone Hp sang cowok ia pun pergi agak menjauh dari daku tampak gelagat aneh yang terlukis diwajahnya, setelah ia mengangkat Hp itu daku langsung ketus bertanya agak kepo “siapa? pacar kakak?”
“bu.. bukan.. temen kok.. ems, udah melem pulang yuk!” ajaknya sembari menarik tas daku yang menjuntai, kami pun menunggu bus trans di halte tak jauh dari pasar malam tak dapat daku pungkiri alasan ia hari ini tak membawa mobil sedan mencelingnya adalah karena mobil kesayangannya itu sedang di rumah sakit dalam keadaan keritis, tampak bersebelahan matanya memandang tajam dan romantis ke arah mata daku, seakan mengisyaratkan ”cherry, maukah kamu menjadi pacar daku?” wajah daku mulai memerah dengan senyum yang lebih manis dari biasanya daku kibaskan pelan rambut daku yang lurus terurai, tak berapa lama ia tertawa kecil dan menghentikan pandangannya itu dan memulai pembicaraan
“cherry…”
“hnm” jawab daku gemetar dan mencoba memandang matanya
“a…aku” tuturnya gugup sementara daku semakin memicingkan mata bertanda rasa penasaran yang tinggi
“a… aku…”
“ya…”
Gluk, ditelannya air ludah yang hampir mengering “aku Cuma mau bilang kalo… kalo hujan akan segera turun”
“hek…”
dengan sekejap hujan yang tadinya rintik berubah menjadi deras seakan bersekongkol bus trans yang kami tunggu pun datang dengan heroiknya, masuk kedalam bus mungkin menjadi solusi yang sangat tepat, namun didalam bus hanya tersisa 2 kursi penumpang yang kosong dan sangat-sangat berjauhan, kak medy pun mengangguk pelan pada daku yang agak gusar lantaran tak dapat duduk bersebelahan denganya, daku hanya dapat memandang kak medy dari kajauhan nampak ia sedang mengetik sebuah pesan singkat pada seseorang dan tak lama dari itu sebuah pesan singkat mendarat pada Hp daku, untungnya daku telah mematikan nada pesan masuk kalo tidak bisa malu…
One messege
Cherry…
=>hn…
Loe lg apa?
=> apa dirimu tak melihat jika daku sedang duduk?
Oh, iya yah, pertanyaan yang kekanak-kanakan
=> hn
Jawab daku ringan berharap ada kata-kata indah yang akan kak medy ucapkan malam ini pada daku
One messege
Cherry…daku mau bilang kalo daku suka ma kamu!
=> -
Daku tak dapat menjawab, jantung daku mulai berdetak sangat-sangat cepat, wajah daku sepertinya menampakkan warna yang merona.
One messege
Kamu gak suka daku ya? :(
=> .bu.. bukan begitu… da.. daku juga suka kak medy!
Ha… serius! jadi mulai hari ini kita pacaran?
=> ems..terserah, tapi kak nanti apa kata orang-orang!
Ih, jangan dengerin orang-orang yang penting kita pacaran, aku suka kamu, kamu suka aku, kita sama-sama suka
=> ?
Dan pada malam itu daku pun mulai merasakan yang namanya cinta dan kasih sayang dari seorang pujaan hati, ya walaupun disekolah semua orang menatap kami sinis, mereka sering bilang kalo daku dan kak medy tuh gak cocok, secara kak medy kan pinter, ganteng, keren dan daku apa? Gendut dan jelek
“kak…” ucap daku singkat saat duduk ditaman yang biasa kami datangi
“hn” jawabnya menghentikan acara membaca novel dan berbalik arah menatap daku “ada apa?” sambungnya dengan wajah polos yang selalu berhasil menarik daku ke dalam dekap cintanya
“daku ingin diet” ketus daku membuatnya tersedak dengan kaimat-kalimat mumet yang ada dalam memory nya
“di…diet?” tanyanya seolah tak percaya dengan yang ada “tapi untuk apa?”
“daku ingin kakak tak dicaci lagi oleh orang-orang lantaran memiliki pacar yang gendut seperti daku” ucap daku dengan 100 % ambisi.
“tapi…”
“ssssttttt, jangan bilang apapun kak, daku ikhlas kok… minggu pagi jogging ya!” tutur daku meyakinkan nampaknya ada yang aneh pada raut wajah kak medy
Minggu paginya daku dan kak medy pun jogging untuk sedikit menurunkan berat badan daku, begitupun sorenya daku jogging lagi, beberapa bulan ini bener-bener sangat melelahkan bagaimana tidak setiap hari daku harus makan sayur dan buah tanpa nasi… whats daku kan orang Indonesia asli, sangat bahaya bila makan tanpa nasi, rasanya seperti pelajaran matematika tanpa angka, terkadang kak medy menyuruh daku untuk berhenti dari program ini namun daku menolak mentah-mentah, dan endingnya 2 bulan berlalu dan berat badan daku menurun drastis 25kg, bahkan sekarang semua baju daku dinyatakan kebesaran, sifat anak-anak disekolah pun berubah drastis dari yang tadinya mencaci menjadi memuji, senang rasanya sekolah dengan damai dan bahagia, sampai pada akhirnya daku menemui seorang pria berpostur tinggi nan tampan sedang mengobrol ria siapa lagi kalau bukan kak medy dan teman-temannya fikir daku hendak menyapanya namun kaki daku terhenti tatkala sahabatnya mengatakan sesuatu
“wah… kan apa gue bilang medy! dia tuh orang yang tepat sekarang kite nih yang tekor lantaran harus bayar loe!” ketus sahabatnya yang mengenakan seragam urak-urakan
Dengan sigap kaki daku mencoba agak mendekat dengan mereka sedikit menguping (jangan meniru)
“iya, med… gue nyesel kenapa gak gue aja gitu yang nembak dia terus diterima, then dia jadi kurus+cantik dan bonusnya menang TARUHAN” tutur yang satu lagi dengan nada suara yang agak melengking nampak medy hanya tersenyum polos seperti biasanya dengan cepat langkah kaki daku menghampiri mereka dengan raut gusar daku mendekat mencoba meraih bahu pria tampan itu dan PLAAKKKK tak sengaja sentuhan cinta ditambah dengan tenaga sedikit membekas di wajahnya yang mulus itu, linangan air mata yang sedari tadi mengalir memburamkan pengelihatan daku
“kenapa kamu lakukan ini pada daku?” tutur daku membentaknya dengan kuat sementara kak medy hanya memegang pipinya
“bu… bukan maksudku cheryy”
“bukan maksudmu tapi masih kamu perbuat, daku kira kak medy tak sama dengan pria yang lain tapi apa! Kak medy lebih 100000000 PARAH daripada mereka” ketus daku ke arah kak medy yang agak shock mendengar ucapan kasar daku, harus diakui karna baru kali ini daku dapat meluapkan emosi, daku pun segera berlari dengan backsound suara panggilan dari kak medy yang mencoba mengejar “tak usah mengejar daku, mulai sekarang kita gak ada hubungan sama sekali… KITA PUTUS” jerit daku berbalik sejenak melihat kak medy yang hampir setengah sadar dan berhenti mengejar daku
Air mata daku masih berlinang ditengah malam yang begitu indah, daku pandangi foto-foto indah bersamanya untuk sekali lagi daku menangis kencang layaknya seorang pujangga kehilangan cinta sejatinya.
6 bulan berlalu semenjak hari itu daku tak pernah lagi melihat kak medy, kelulusan anak-anak kelas 12 telah berlangsung 3 bulan yang lalu, mungkin sekarang kak medy telah menemukan pengganti daku, jujur hingga saat ini daku belum dapat melupakan kak medy atas cinta yang pernah ia berikan pada daku, walaupun cinta itu dilandasi dengan taruhan.
Tak berapa lama daku terduduk membisu ditaman biasa entah mengapa di kursi panjang itu nampak sebuah buku diary tua yang percis sama seperti milik daku tertanda Medy Sastra Wirya daku buka lembar demi lembar diary tersebut hingga daku temukan sebuah halaman
Diary cantikmu tertinggal pada hari ini chery? Kamu tak ingat? Ya sudah biar aku yang menyimpan dan melanjutkannya untuk mu…
Daku buka lembar berikutnya
12 feb 2013
Teman-temanku menganggapmu mainan, aku sedikit tak terima dan aku sangat membenci mereka. Bagaimana mungkin seorang wanita baik hati sepertimu menjadi ajang taruhan, namun akhirnya aku terima juga lantaran mereka yang memaksaku chery.
Untuk sekali lagi daku membuka lembaran selanjutnya, terasa air mata
daku sedikit berlinang
17 feb 2013
Aku sangat senang karna bisa jalan bersamamu, aku tau kamu tak banyak bicara namun itulah yang membuatmu menarik, namun ada hal yang ku benci mereka membuntutiku chery, mereka menyuruhku menyatakan cinta padamu sejujurnya aku sangat senang untuk menyatakan cinta padamu, tapi aku tak mau endingnya kamu tau bahwa ini soal taruhan. Di bus aku merasa sangat gugup aku takut kamu tak menerima cintaku tapi syukurlah kamu menerimanya, chery asalkan kamu tau aku tak peduli kamu itu gendut atau jelek yang penting sekarang manusia dimata Allah tuh sama chery…:) I LOVE U
Air mata menetes sedikit di pipi daku untuk membalikkan selembar kertas berikutnya
20 feb 2013
Aku agak terkejut melihatmu, meminta izin padaku untuk diet, jujur saja
aku lebih suka kamu yang apa adanya ;(
17 april 2013
Kamu cantik banget chery, sempet pangling lihat kamu yang sekarang, hembb, tapi banyak buanget yang ngincer kamu sekarang… ;(
Tapi melihatmu berlari dan meneriakkan namaku sudah membuatku senang
Dan akhirmya lembaran terkhir yang tulisannya nampak acak-acakan dan kertasnya separuh robek menempel tak terarah dakupun mulai membacanya dengan penasaran
01 mei 2013
Akhirnya kamu mengetahuinya juga, kamu nampak kecewa padaku terlihat dari raut air wajahmu, tamparan yang kamu berikan itu kurang dan sangat kurang melambangkan kekecewaan dan kesakitanmu, maafkan aku chery…
Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan bahwa aku mencintaimu sebelum teman-temanku mengajak taruhan alasan pertama aku menyukaimu adalah:
1. Kamu sama sepertiku, jujur dulu aku pernah gendut sama sepertimu, aku merasa kita satu nasib chery, dulu aku juga dibenci, dimaki, dibully, maka dari itu aku ingin melindungimu dari mereka
2. Aku suka kamu apa adanya
3. Senyummu mengalihkan duniaku
daku berhenti membaca dan menangis tersegan-segan tapi tulisan didalam diary itu belum selesai seperti coretan yang agak tipis sehingga dapat terbaca dengan sedikit kecutan di dahi.
Jangan beri tahu siapapun jika kamu mencintaiku, biarkan aku yang memberi tau dunia bahwa kau kekasih yang ku cintai.
I LOVE U CHERRY
Kalimatnya benar-benar terhenti dan untuk sekali lagi daku menangis tersegan hingga pada saatnya ada sebuat balon yang terlihat dihadapan daku, di bawahnya terdapat juntaian coklat yang berinisial dark coklat, daku berharap kak medy yang datang, namun ternyata seorang anak kecil berparas tampan mengacungkan balonnya dengan cepat daku menghapus airmata
“kakak jangan menangis, nanti jelek loh…” ucap anak itu
“untuk kakak?” tanya daku polos sehingga anak itu menganguk pelan
“wah, makasih banyak ya bilang ke mamanya”
“kok ke mama sih?”
“jadi ke siapa?” tanya daku lagi
“ke kakak, yang itu!” menunjuk ke arah sebuah pohon yang rindang terdapat dibawahnya seorang pria yang tak jelas wajahnya tanpa berfikir panjang daku lansung memastikan sesuatu daku menghampirinya dengan deg-degan
“maaf…” belum sempat menyelesaikan kalimat ia langsung memotong
“itu diary milikku”
---the end------
0 comments:
Post a Comment