Terpasung rasa dan asaku, rasa rindu nantikan saat pertemuan,
dalam benua penuh coklat, kentang dan keju.
Tembok-tembok tebal kedap suara, tak dapat ceritakan bisik hatiku,
pada rembulan bulat penuh.
Urat-urat komunikasi tak menangkap sinyal dari udara,
menggigil dan meringkuk, terpasung oleh jarak dan waktu.
Dan akhirnya urat-urat itu putus oleh kerasnya putaran angin puting beliung.
Hai alam!
mengapa kau cemburu, mengapa kau curiga?
Bukankah rinduku bukan rindu yang terlarang? seperti nyanyian Broery Marantika dan Dewi Yul?
Ketahuilah...rinduku berwarna putih tanpa noda, terikat kuat oleh cinta dan setia.
Cinta akan negeriku, cinta akan kotaku, cinta akan Indonesia!
Rinduku terpasung, cintaku terantai oleh jarak dan waktu...
lepaskan aku, aku susah bergerak, lihat lilitan rantai itu, tlah mengecilkan kakiku.
Namun kutak gamang, bila nanti kutak kuat berjalan, ibu pertiwi akan menggendongku.
Dan kubiarkan rinduku membatu, kumenanti saat pertemuan tiba, melepas rindu yang terpasung.
Sih Raharjani Jumiari Risamasu - Jakarta -
0 comments:
Post a Comment