Tari topeng panji
Tari ini berkarakter halus. Gerak tarinya senantiasa kecil dan lembut. Langkahnya minimalis dan lebih banyak diam. Kedoknya yang berwarna putih dan tanpa ornamentasi yang rumit, menggambarkan kesucian seorang manusia yang baru lahir. Ia tidak perlu dirias, mukanya dibiarkan alami. Sunggingan matanya disebut wiji bonténg (biji ketimun) dan tatapannya liyep, pandangannya merunduk dan senyumnya dikulum. Raut wajahnya (wanda)menunjukkan seseorang yang alim, jika ia bertutur kata, suaranya lemah-lembut. Topeng Panji sebanding dengan tokoh Arjuna, atau Rama dalam cerita wayang.
Jika melihat teksnya, tari topeng Panji mengandung unsur paradoks, karena antara gerak dan musiknya berlawanan. Geraknya halus atau lembut, tetapi musiknya keras. Unsur paradoks ini sebagai gambaran Dewa Syiwa yang di dalam agama Hindu diyakini sebagai dewa pencipta dan sekaligus juga pemusnah. Sumardjo menjelaskan paradoks dalam tarian ini sebagai berikut:
Tarian topeng Panji adalah tarian untuk menghadirkan kekuatan-kekuatan semesta yang paradoksal. Dengan tarian ini, maka asas-asas paradoks semesta, kelaki-lakian dan keperempuanan, dihadirkan. Dewa pencipta itu sendiri dihadirkan lewat mitos dan lambang Panji. Panji adalah paradoks itu sendiri. Ia bersifat laki-laki dan perempuan, ia matahari dan bulan, ia siang dan malam, ia hidup dan kematian. Waktu dan ruang paradoks ada dalam diri dewa ini (2002: 36).
Koreografinya lebih banyak diam, dan ini mungkin salah satu yang menyebabkan tari ini kurang disukai oleh penonton awam. Tari ini diiringi lagu Kembang Sungsang.
Tulisannya Panji kenapa gambarnya kelana?
ReplyDelete