Cinta adalah seni. Erich Fromm menyatakan bahwa sama seperti hidup adalah sebuah seni maka cinta adalah sebuah seni. Sama seperti berbagai seni seperti menari, melukis, menyanyi, dan sebagainya maka untuk menguasai seni tersebut kita juga harus belajar mencintai.
Seni mencintai dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni teori cinta dan praktik cinta. Jika seseorang ingin menjadi penyanyi yang terkenal maka pertama-tama ia harus mempelajari lebih dulu apa yang dimaksud dengan melodi dan harmoni. Tanpa melodi dan harmoni maka nyanyian kita akan menjadi suara yang menyakitkan kedengarannya di telinga. Teori yang baik juga harus dilengkapi dengan praktik yang terampil. Untuk dapat menyanyi seseorang harus terampil mengatur nafas dengan baik. Setelah itu mungkin barulah orang tersebut dapat menyanyi dengan baik.
Fromm menyatakan bahwa teori tentang cinta harus dimulai dengan teori tentang manusia. Manusia bukanlah binatang, maka keinginan untuk mencintai pastilah bukan sekedar dorongan naluriah semata. Manusia memiliki emosi dan rasio dalam menentukan apa yang dirasakan dan bagaimana mewujudkan emosi tersebut.
Sejak kecil kita dapat merasakan emosi cinta dan perasaaan itu berkembang dalam kehidupan kita. Emosi cinta tersebut berkembang dalam konteks yang berbeda misalnya cinta ibu, cinta diri sendiri, cinta sesama, dan cinta kepada Tuhan. Emosi cinta tersebut juga berkembang dalam dimensi yang berbeda-beda. Kita dapat mengenali mana emosi cinta yang lemah dan mana emosi cinta yang kuat.
Mengenali emosi cinta saja belum dapat membuat kita mampu mencintai karena kita seringkali salah dalam mengartikan emosi cinta kita. Seorang anak bisa merasa orangtuanya tidak mencintainya ketika memaksa dirinya untuk pergi ke dokter gigi yang ia sangat benci. Padahal orangtuanya melakukan hal tersebut dengan penuh cinta supaya anaknya dapat segera sembuh. Seorang pria dapat merasakan emosi cinta yang kuat terhadap seorang wanita. Sementara wanita tersebut sama sekali tidak pernah merasakan emosi yang sama terhadap pria tersebut.
Manusia membutuhkan rasio untuk mencintai. Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya. Kesadaran ini memberikan kita pemahaman akan siapa diri kita dan siapa orang yang kita cintai. Kesadaran ini juga memperjelas akan apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan saat kita mencintai. Kesadaran ini juga mendorong kita untuk mencapai apa yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya.
Kesadaran akan cinta membuat manusia bukan hanya mampu jatuh cinta (falling for love) melainkan juga mampu untuk memperjuangkan cinta (standing for love). Ketika kita merasa mencintai kita bisa sangat tenggelam di dalam cinta tersebut. Kondisi ini seringkali membuat kita tidak sadar akan diri dan terbawa dalam arus yang begitu kuat yang bisa saja menenggelamkan seluruh kesadaran kita. Sebaliknya cinta juga harus diperjuangkan. Jatuh cinta itu mudah, tapi cinta yang sejati harus diperjuangkan. Kesadaran kita akan cinta harusnya membuat kita memiliki pengetahuan tentang siapa yang kita cintai, penghargaan terhadap orang yang kita cintai dan terlebih lagi tanggung jawab terhadap dia yang kita cintai.
Emosi cinta dan rasio cinta ini harus terjadi di saat kita siap memulai hubungan dengan seseorang. Banyak pasangan yang memulai hubungan mereka karena sedang diliputi emosi cinta yang begitu kuat. Hubungan ini biasanya tidak bertahan lama karena mereka akhirnya sadar siapa orang yang mereka cintai. Maka sebelum memastikan diri untuk berkomitmen dalam suatu hubungan, rasio cinta juga harus terlibat.
Salah satu kesalahan yang seringkali dialami dalam pengalaman cinta adalah membuat keputusan ketika kita merasa takut. Seorang wanita bisa mengambil keputusan karena ia takut untuk menolak dan takut menyakiti perasaan pria yang menyatakan cinta kepada dirinya. Jangan pernah mengambil keputusan pada saat kita merasa takut. Pastikan bahwa kita sadar dengan jelas apa yang kita rasakan dan siapa orang yang kita cintai. Apakah kita kenal siapa dirinya? Apakah kita bisa menghargai dirinya? Apakah kita bertanggung jawab terhadap dirinya dan sebaliknya? Berbagai pertanyaan ini akan menolong kita untuk mengambil keputusan tanpa harus merasa takut.
Satu hal lagi yang penting mengenai emosi dan rasio cinta adalah pentingnya tujuan yang jelas dalam menjalin cinta. Penulis mendapati bahwa banyak pasangan yang tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hubungan mereka. Mereka ingin bahagia. Namun ketika ditelusuri lebih jauh mengenai apa arti kebahagiaan bagi mereka, tidak ada jawaban yang jelas. Mengapa demikian? Karena ingin bahagia saja tidak cukup untuk memulai suatu hubungan. Semua orang pasti ingin bahagia. Dalam hal ini emosi dan rasio harus berperan dalam menentukan bentuk kebahagiaan yang ingin kita capai.
Emosi kita akan mengatakan bahwa kita bahagia saat kita senang, namun bagaimana jika sebaliknya. Maka rasio berperan untuk menjelaskan bahwa baik senang maupun susah kebahagiaan dapat saja dialami jika cinta benar-benar dialami. Hal inilah yang menjadi dasar ketika dua orang yang saling mencintai mengucapkan janji setia untuk menikah baik dalam senang maupun susah.
Jadi tentukanlah fokus dan tujuan yang jelas dalam pengalaman cinta anda. Siapa orang yang anda cintai? Apa yang anda inginkan? Bagaimana mencapainya? Sudahkah anda belajar mencintai? Amy Carmichael menulis You can give without loving but you cannot love without giving. Selamat mencintai.
oleh:Evans Garey
0 comments:
Post a Comment